Pasuruan-Pasline
Bank Sampah Kampoeng Limo Desa Pleret, Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan, kedatangan Tim Penilai Budaya 3R (Reuse, Reduce, recycle ) pengelola Sampah Skala Desa Kabupaten Pasuruan Tahun 2019, dari Dinas Lingkungan hidup dan Tim Penggerak PKK Kabupaten Pasuruan, Selasa (15/10/19).
Tim penilai langsung menuju ke pusat kegiatan bank sampah di gedung Bank sampah yang diresmikan oleh Bupati Pasuruan, H. Irsyad Yusuf tahun 2016 lalu di RT 04 / RW 05. Disambut ibu-ibu PKK sebagai motor penggerak bank sampah dan budaya bersih kampung limo.
Tiga orang penilai memeriksa satu persatu fisik dan kegiatan yang menjadi syarat penilaian. Bangunan fisik misalnya, yang terdiri dari kantor atau ruang presentasi, gudang, gudang permilahan sampah dan tempat pengolahan sampah organik diamati dengan seksama.
Alat angkut sampah berupa dua unit gerobak tidak luput dari pengamatan penilai. Administrasi bank sampah berupa buku tabungan, buku laporan keuangan, data anggota dan lainnya, juga menjadi pertanyaan tim penilai. Juga barang kerajinan tangan dari sampah hasil kreasi warga kampung Limo.
Terakhir, tim penilai memeriksa langsung kerumah warga terkait dengan budaya bersih dan perlakuan terhadap sampah. Pilihannya jatuh di sebuah rumah milik Ariyanto. Tidak hanya tempat sampah dan kebersihan rumah yang menjadi pengamatan juri, si pemilik rumah pun dicerca banyak pertanyaan terkait kebiasaan perlakuannya terhadap sampah.
Salah satu tim penilai, Fatoni, dari fasilitator Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan mengungkapkan, Tujuan lomba tersebut, untuk meningkatkan peran masyarakat dalam hidup bersih dengan memberlakukan sampah sesuai prinsip 3 R, Reuse, Reduce dan Recycle, agar lingkungan lebih sehat, umur TPA lebih panjang. "Saat ini Indonesia negara nomer dua penyumbang sampah terbesar dari 20 negara. Dengan budaya 3R inilah akan bisa mengurangi produksi sampah. Budaya 3R di Kampoeng Limo sangat luar biasa. Jika dinilai 0-100 kampung ini berada di angka 91, " jelasnya, usai melakukan penilaian.
Direktur Bank Sampah Kampoeng Limo Peni Sulistyo, yang mendampingi tim penilai, mampu memberikan keterangan dengan jelas dan gamblang ketika tim menanyakan obyek-obyek yang dinilai. Seperti tehnik pengolahan sampah organik menjadi pupuk, mekanisme menabung sampah dan administrasinya, bahkan sejarah lahirnya bank sampah tersebut.
Menurut Peni, budaya 3R ini sudah dijalankan warga RW 05 sejak Bank Sampah Kampung Limo berdiri. Awalnya hanya ibu-ibu PKK RW 05 sebagai motornya. Akhirnya diikuti
Seluruh warga. Bahkan, pedukuan lain sudah mulai mengikuti jejak Bank Sampah Kampoeng Limo. "Harapan kami, Bank Sampah Kampoeng Limo bisa memiliki sarana angkutan yang lebih memadai, seperti gerobak motor. Karena kegiatan kami sudah merambah ke RW 7 dan RW lainnya, "harapnya.
Sebelum ke lokasi Bank Sampah Kampoeng Limo, tim penilai hadir di kantor Desa Pleret, untuk menilai administrasi seperti Perdes dan SK Bank Sampah. Diterima oleh Kepala Desa Pleret, Agus. Di kesempatan tersebut dia mengucapkan selamat datang kepada tim penilai. Didampingi Sri Sunarti, ketua penggerak PKK dan Direktur Bank Sampah Kampoeng Limo, Agus memaparkan, mulai tahun 2016, Desa Pleret mengikuti program satu desa satu bank sampah gagasan Bupati Pasuruan H. Irsyad Yusuf. Gedung sampah pun dibangun dan diresmikan ditahun tersebut. Program Satu Desa Satu Bank Sampah masuk bagian kategorisasi yang ikut partisipasi inovatif desa.
Di Kampoeng Limo, budaya 3R adalah kegiatan sehari-hari masyarakat. Sampah tidak ada yang terbuang percuma dan dua minggu sekali ditimbang dan masuk buku tabungan masing-masing. Bisa diambil saat lebaran dan tahun ajaran baru. Dan manfaatnya luar biasa.
"Efeknya, saat ini seluruh RW, mengikuti bank sampah Kampoeng limo. Nanti, bagaimana caranya bisa mencakup satu desa. Untuk itu, tahun depan, desa akan menganggarkan motor roda tiga untuk operaisional. Dan mudah-mudahan RW lain bisa sama dengan Bank Sampah Kampung limo. Kami tidak ingin juara satu, namun ingin yang terbaik, "papar Agus.(B.)