Featured Post
Perjuangan Heroik Arek Pasuruan Kota Yang Terlupakan Sejarah
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Pasuruan-PaslineNews.
Kota Pasuruan seolah tidak memiliki pahlawan kemerdekaan di medio revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan tahun 1945-1949. Tidak ada bukti fisik apapun yang menegaskan kepahlawanan arek Pasuruan. Tidak ada nama jalan, atau tugu peringatan, yang mengabadikan nama pejuang atau perjuangannya. Lalu, apa memang benar seperti itu ? Jawabannya adalah salah besar.
Di era revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949, ada salah satu kelompok pejuang di Pasuruan yakni laskar Hisbullah yang pernah melegenda di masanya. Dipimpin seorang pemuda asli Pasuruan (kota) yang punya julukan Imam Jembrak ( berambut panjang) berasal dari kawasan Gading (sekarang Kelurahan Gadingrejo).
Perlawanan laskar Hisbullah ini kerap merepotkan Belanda apalagi setelah bergabungnya beberapa personil TNI dari kesatuan CPM, kekuatannya menjadi lebih ampuh.
Bergabungnya beberapa personil TNI dari kesatuan CPM ini setelah komandannya yang bernama R. Setiadji gugur di kawasan Umbulan. Kehilangan pimpinan seolah kehilangan arah, tidak ada kontak dengan organisasi diatasnya. Kemudian, memutuskan bergabung dengan kelompok perjuangan arek Pasuruan Hisbullah.
Setelah melebur, salah seorang yang bernama Sudiono dari CPM mengusulkan mencari induk organisasi militer yang wilayah perjuangannya di Pasuruan. Kemudian kelompok ini mencari informasi keberadaan induk organisasi militer setingkat batalyon.
Dari informasi, di wilayah pegunungan di selatan Pasuruan ada organisasi militer setingkat batalyon yang dipimpin Imam Ikdar, kemudian dikenal dengan Batalyon Imam Ikdar. Batalyon Imam Ikdar waktu itu bermarkas di kawasan Lumbang.
Kemudian kelompok pejuang arek Pasuruan menuju Lumbang untuk bertemu dengan Imam Ikdar agar bisa menjadi bagian dari Batalyon Imam Ikdar.
Waktu itu jumlah pejuang arek Pasuruan sekitar 150 personil lebih, semuanya bersenjata api hasil rampasan dari aksi penghadangan militer Belanda. Mengetahui kekuatan yang dinilai ampuh, Imam Ikdar menerima kelompok pejuang arek Pasuruan menjadi kompi bagian dari batalyonnya, dan diberi nama Kompi Combat Troops Toopen(CTT). Kenapa dengan nama Belanda? Tujuannya agar tersamar dari intelejen Belanda. Sebab, gerakan pejuang CTT di area Pasuruan kota dan sekitarnya.
Kompi Combat Troops Toopen (CTT) atau pasukan jalan kaki bertugas di area Pasuruan Kota dan sekitarnya dengan sasaran mendapatkan senjata api plus amunisi, obat-obatan dan melakukan serangan mendadak. Namun, setiap melakukan serangan harus seijin komandan Batalyon Imam Ikdar.
Pabrik pemintalan benang di kawasan Pleret (sekarang Inbritex/ TTI) kerap menjadi sasaran serangan sporadis CTT. Pabrik milik Inggris tersebut dijaga ketat oleh pasukan Belanda yang mendirikan masrkas di dalam pabrik tersebut.
Pada suatu malam CTT melakukan serangan mendadak dengan kekuatan penuh. Serangan tersebut mengejutkan pasukan Belanda. Rentetan tembakan dan desing peluru menunjukan betapa serunya pertemburan itu. Dari serangan tersebut, CTTberhasil menawan empat orang penjaga tower , keempatnya pribumi. Dan berhasil merampas senjata dan amunisi lawan.
Usai melakukan serangan, CTT bergerak ke barat memutar kearah utara dengan tujuan ke markasnya di Gading (sebelah selatan kompleks perumahan Zipur 10, sekarang). Di tengah perjalanan tepatnya di Desa Gentong, CTT dihadang oleh pasukan Belanda yang sudah siap menanti di persawahan. Dari utara meluncur kendaraan panser yang memuntahkan peluru kaliber 12,7 kearah pejuang.
Pertempuran dahsyat tidak terelakkan. Saling tembak terjadi hingga bantuan pasukan Belanda datang yang memaksa CTT harus mundur ke arah selatan menuju markasnya di Sidogiri. Pertempuran sengit itu membawa korban empat anggota CTT gugur, dua tawanan dari Inbritex dan dua pemuda kampung pembawa perbekalan, gugur. Total 8 orang korban gugur di pihak Indonesia. Empat tawanan dari Inbritex juga ikut melakukan perlawanan melawan hadangan pasukan Belanda tersebut. Dua orang gugur dalam pertempuran itu dan sisanya bergabung dengan CTT hingga akhir gerlya.(bersambung)
Penulis : Cak Bowo.
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Wartawan bisa saja menulis ceritera tersebut dengan benar jika wartawan tersebut pelaku atau melihat peristiwa dimakdud , jika wartawannya masih muda tentu ada yang menceriterakan peristiwa yersebut , misal "menurut " sehingga ceritera ini bukan ilustrasi ...
BalasHapusKeterangan sumber cerita ada di cerita lanjutan. Terima kasih atas masukannya
HapusMestinya ada yang bercerita ceritera dan di ulas
BalasHapus