Featured Post
Oleh Romo Bambang Wiyono : Kesadaran Pemikiran Adalah Fondamental Kehidupan.
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Pasuruan-PaslineNews,
Dijaman modern ini tantangan hidup semakin berat. Dengan teknologi digital pekerjaan manusia menjadi sangat mudah dan cepat. Semua berebut menjadi yang tercepat. Sebab, banyak orang berpendapat, siapa cepat dia dapat. Yang lambat akan kalah bersaing.
Meski pekerjaan semakin mudah dan cepat, orang jaman sekarang malah bekerja sehari penuh hingga 12 jam, dan melakukan segala cara demi mencapai tujuannya.
Herannya, jarang orang menyadari kalau dirinya sudah menjadi budak teknologi, menjadi budak duniawi atau hal yang bersifat keduniaan.
Mereka berpikir, ukuran keberhasilan hidupnya adalah kekayaan, jabatan dan kekuasaan. Jika tidak bisa mencapai itu semua, menganggap dirinya gagal hidup dan tidak bahagia. Fatalnya, masalah ini menimpa manusia di semua lapisan.
Tak heran, dijaman sekarang, banyak orang tidak bisa merasakan ketentraman hidup, walau segala kebutuhan hidupnya tercukupi, apalagi yang hidup dengan ekonomi pas-pasan. Malah ada pameo 'Mencari rejeki yang haram sulit, apalagi yang halal'.
Itu semua bisa terjadi karena manusia masih diliputi rasa khawatir, was-was atau ketakutan. Seperti khawatir usahanya bangkrut, khawatir dagangannya tidak laku, khawatir tidak mendapat duit, khawatir tidak bisa makan. Dan yang lebih parah, khawatir tidak dihormati orang lain atau takut dihina oramg lain.
# Perasaan takut, was-was atau khawatir itu terjadi karena manusia lupa akan siapa dirinya. Dengan kata lain manusia tidak sadar akan dirinya, akan hidupnya dan akan asal usulnya. Akibatnya, manusia terbelenggu dengan kesibukan duniawinya yang meredupkan kesadarannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Di dalam kehidupan masyarakat Jawa sebenarnya sudah ada ajaran hidup yang menuntun kepada ketentraman hidup. Masyarakat jawa sangat kental dengan perilaku hidup yang bersumber dari ilmu Jawa. Sebuah ajaran hidup yang berlangsung sangat lama turun temurun dari moyang orang Jawa.
Ajaran hidup itu mengajarkan tepo sliro, perilaku budi luhur, hormat kepada orang tua (kandung) dan orang yang lebih tua, gotong-royong, serta filosofi Jawa Lainnya. Sehingga membentuk karakter dasar masyarakat Jawa yang yang lebih toleran (menghormati sesama), sabar, dan menerima kenyataan hidup. Namun ajaran hidup ini jarang sekali dijalankan dikehidupan sehari-hari karena pikiran manusia lebih fokus kepada urusan duniawi.
Pada dasarnya, masyarakat jawa memiliki tujuan hidup, ayem, tentrem serta kedamaian. Untuk mencapai ini, manusia harus memiliki kesadaran. Yaitu, kesadaran untuk mengolah pikiran. Bukan mengolah hati. Sebab semua kejadian bersumber dari pikiran. Pertanyaannya, sumber pikiran itu dari mana? Inilah kunci, karena pikiran tidak pernah kosong dan selalu memunculkan hal baru, akibat dari situasi kehidupan yang selalu berubah.
Kesadaran itu tersembunyi, mungkin hanya 10% yang digunakan oleh manusia. Yang 90% tersembunyi. Meski tersembunyi, kesadaran itu tetap bekerja. Yang bekerja adalah pikiran bawah sadar kita. Namun, sangat jarang kita menggali hal itu. Kalau pikiran bawah sadar itu terus digali, hal itu akan membangun sebuah kekuatan mental kita.
Kekuatan didalam diri manusia ada tiga hal yaitu, tingkat kecerdasan intelektual atau IQ (Intelegence Quotient); kecerdasan emosional atau EQ (Emosional Quotient), dan tingkat kecerdasan spiritual atau SQ (Spiritual Quotient). Jika IQ kita kuat, kita akan mampu mencerna ilmu dan kita harus mampu mengendalikan emosinal kita (EQ), SQ akan menuntun kita kepada kebenaran sesuai kehendak Tuhan
Maka dari itu, ilmu Jawa mengajarkan kita untuk selalu berpikir atau menggunakan pikiran dalam rangka mendapatkan ilmu. Ilmu apapun. Ilmu Jawa juga mengajarkan kita untuk meleremkan nafsu dengan jalan meditasi. Sebab, pikiran kita yang liar ini bisa kita kendalikan dengan melakukan hening. Hening bisa kita dapatkan jika kita mampu melepaskan 'aku'. Semua yang mengandung aku, seperti hartaku, istriku, anakku, dan ke 'aku' an lainnya, kita hanya fokus pada asal usul kita pada Tuhan yang menciptakan manusia dan alam semesta. Inilah jalan spiritual yang akan membimbing kita kepada hidup dan tujuan hidup yang baik sesuai kehendak Tuhan
Kalau itu sudah bisa kita capai, kita akan tahu arah tujuan hidup kita. Tujuan hidup itu akan otomatis memberi manfaat untuk kehidupan yang lain. Misal, kalau kita memberi manfaat untuk orang lain, kita akan mendapat timbal balik yang baik. Namun jangan pernah mengharap timbal balik dari yang kita berikan. Sebab, timbal balik itu sudah pasti akan kita dapat. Kita harus yakin hal itu. "Kita menanam, pasti akan menuai hasilnya", berupa kebaikan. Kebaikan itu bisa berupa kedamaian dan ketenangan hidup.
"Endapkan rasa khawatir, was-was dan ketakutan kita, karena itulah penderitaan. Gantilah dengan selalu berperilaku baik (pikiran, ucapan dan perbuatan), yakin kepada kuasa Tuhan, niscaya kebahagiaan serta kedamaian akan kita dapatkan".
Romo Bambang Wiyono : Pini Sepuh Paguyuban Kaweruh Batin Tulis Tanpo Papan Kasunyatan (KBTTPK) Pasuruan-1.
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar