Featured Post

Mas Dion, Satu-satunya Kader PKB Yang Siap Maju Di Pilkada Kabupaten Pasuruan

Gambar
  Mas Dion saat menemui wartawan di ruang kerjanya.(Foto:Bowo) Pasuruan-PaslineNews HM. Sudiono Fauzan semakin mantap Maju di pemilu kepala daerah Kabupaten Pasuruan pada  bulan November 2024 mendatang. Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan ini yakin akan mendapat rekomendasi dari DPP Partai Kebangkitan Bangsa. Alasan kuat kenapa dirinya yakin dan percaya bakal mendapatkan rekomendasi dari  DPP PKB, karena sejauh ini  tidak ada kader partai PKB yang menyatakan diri maju di Pilkada nanti. Alasan lainnya, dia telah berhasil melaksanakan tugas partai mempertahankan kursi PKB khususnya dapil Pasuruan 1 dan 2, pada pemilu lalu. Harapannya prestasi  itu bisa menjadi pertimbangan DPP PKB mengeluarkan rekomendasi untuknya maju di pemilu kada nanti. "Atas pertimbangan itu, saat ini saya  sedang fokus berjuang mendapatkan rekomendasi dari DPP PKB," ucap Sudiono Fauzan yang akrab di panggil Mas Dion ini, di ruang kerjanya di Sekretariat DPRD Kabupaten Pasuruan, Senin (24/03/24). Tahapan berikut

Komisi 3 DPRD Kota Pasuruan Sidak Plengsengan Ambrol Di Sungai Petung.


Pasuruan-Pasline News
Belum sebulan dibangun,
Plengsengan di sungai Petung, tepatnya disisi barat sungai, persis disebelah utara jembatan Bakalan Kelurahan Bakalan, Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan, ambrol, pada hari Sabtu (03/01/2020).

Kejadian tersebut menarik perhatian Komisi 3 DPRD Kota Pasuruan. Dan melakukan Sidak kelokasi kejadian, Senin (06/01/20).

Dipimpin koordinator Komisi 3, H. IIsmail Marzuki Hasan, wakil rakyat tersebut melihat dari dekat proses pembangunan kembali plengsengan yang ambruk.

Beberapa menanyakan penyebabnya, dan cara perbaikannya. Seperti Ismu Hardiyanto, dia menanyakan proses perbaikannya, tingkat kesulitannya dan kapan rampungnya. Semua pertanyaan Komisi 3 dijawab oleh Slamet Riadi, pemilik CV.Arida, pelaksana proyek,  dengan memaparkan penyebab serta cara pembangunannya kembali.

Slamet Riadi memaparkan, Awalnya, plengsengan ambrol  hanya sepanjang 15 meter. Karena disisi utaranya mengalami retak sepanjang 25 meter, akhirnya dibongkar sekalian untuk diperbaiki.

Menurut Slamet Riadi, tidak ada faktor alam atau banjir penyebab ambruknya plengsengan, penyebabnya adalah tekstur tanah yang lembut dan sangat gampang tergerus air. Orang biasa menyebut tanah tersebut dengan istilah tanah walet. Tanah yang biasa di pakai untuk taman.

"Ambruknya plengsengan disebabkan tanah walet yang berada di bagian bawah, tergerus air tanah dan air sungai. Tanah walet ini sifatnya tidak ada daya ikatnya dan mudah tergerus air bawah tanah  yang menuju ke sungai, sehingga mendorong plengsengan dan mengalami retak lalu ambrol, "paparnya, saat memberi keterangan kepada komisi 3 DPRD Kota Pasuruan.

Dia menuturkan, plengsengan dikerjakan selama 3,5 bulan dan selesai tepat waktu diakhir Desember 2019. Menelan anggaran sebesar Rp 926 juta dengan panjang total 187 meter, tinggi 4 meter, ditambah tinggi parapet (penahan) satu meter dan pondasi satu meter. Total tinggi 6 meter. Dibangun di sisi kiri dan  sisi kanan sungai,  "Sebenarnya plengsengan ini sudah cukup kuat jika tekstur tanahnya normal atau memiliki daya ikat seperti plengsengan yang berada di sisi timur sungai, satu paket dengan plengsengan yang ambrol, "jelasnya.

Untuk memperbaikinya, lanjut Slamet, dia mencoba dengan teknik baru, yaitu dengan menancapkan sejenis pilar dari beton yang diberi nama minipet. Tujuannya, agar menahan tanah tidak gerak. Memasang minipet dibarengi dengan mengganti tanah walet dengan tanah batu, "kami harus menggali tanah walet ini dan mengganti dengan tanah batu, setelah itu kita tahan dengan minipet. Hal ini diluar
RAP dengan konsekuensi biaya lebih besar. Ini bentuk tanggung jawab kami, selama enam bulan masa perawatan, "ucapnya.

Slamet menambahkan, dengan tekstur tanah seperti ini, mestinya plengsengan dibangun dengan tehnik bronjong. Tentu saja dengan biaya yang lebih besar tapi mampu menahan  tanah agar tidak longsor.

"Dari awal pengerjaan kami selalu berkomunikasi dengan PPK dari Dinas PUPR. Hingga terjadi ambrol, kami sudah diskusikan bagaimana cara membangun kembali plengsengan dengan kondisi tekstur tanah seperti ini (walet). Dari hasil diskusi, saat ini kita eksekusi dengan menggunakan tehnik minipet, "pungkas Slamet.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari Dinas PUPR Kota Pasuruan, Kadar Usman mengatakan, pihaknya sudah tahu penyebabnya, yaitu tekstur tanah yang mudah tergerus air (tanah walet). Hal tersebut baru diketahui setelah terjadinya longsor.

"Struktur tanah di bibir sungai Petung tidak sama. Ada yang berjenis padat keras, ada juga yang berjenis walet bersifat lunak. Ada juga tersusun dari dua jenis tanah tersebut. Di tempat plengsengan ambrol misalnya, struktur tanah tersusun dari jenis tanah padat keras di posisi atas dan jenis lunak yang berada di posisi bawah. Dan sekarang sudah diupayakan membangun kembali dengan tehnik lain (minipet). Mudah-mudahan cepat selesai, "papar Kadar.(B.)

Postingan populer dari blog ini

Anggur Wirogunan Andalan Pertanian Kota Pasuruan

Porprov Jatim VIII /2023, Kontingen Kota Pasuruan Tanpa Pencak Silat

Daftarkan 30 Bakal Calegnya, Partai Gerindra Bertekad Menang di Kota Pasuruan