Featured Post

Gus Ipul: Kalau Kemudian Sekarang Dikembangkan Isu Seakan-akan Mau Mengganti Ketua Umum PKB Itu Sebenarnya Sesuatu Yang Biasa Saja.

Gambar
Walikota Pasuruan Drs. H Saifullah Yusuf saat meresmikan Gedung PLUT-KUMKM. Pasuruan-PaslineNews Tudingan  bahwa  ada upaya-upaya  mengganti Ketua Umum PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) dari netizen yang berkomentar di media sosial (medsos), disikapi enteng oleh Sekjen PB NU Drs H Saifullah Yusuf atau Gus Ipul. Dia menilai itu hanya opini yang dikembangkan pihak- pihak tertentu dan itu hal yang biasa dalam sebuah proses politik. "Kalau  kemudian sekarang dikembangkan isu seakan-akan mau mengganti ketua Umum PKB itu sebenarnya sesuatu yang biasa saja.  Jadi, itu proses yang  biasa," ucap Gus Ipul saat meresmikan gedung PLUT-KUMKM di Jalan Raya Jendral Ahmad Yani, Kelurahan Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, Rabu (16/04/24).  Dia menambahkan, opini tersebut sudah membawa-bawa penguasa dan pihak lain yang dituding berupaya mengganti ketua umum PKB.  "Saya ingin menyatakan bahwa tidak ada upaya yang digerakkan oleh kekuasan untuk mengganti pimpinan PKB tapi karen

KBTTPK Padepokan Agung Suwayuwo Pasuruan ll Gelar Peringatan 10 Suro 1953 J



Pasuruan-Pasline

Tidak banyak masyarakat Jawa yang  masih memegang teguh dan melestarikan adat budayanya. Diantaranya adalah kelompok penghayat kebatinan Kaweruh Batin Tulis Tanpa Papan Kasunyatan (KBTTPK). Kelompok ini menyelenggarakan peringatan 10 Suro di Pedepokan Agung Suwayuwa Pasuruan ll, Jalan KH. Ahmad Dahlan RT 03/RW 01 No.59, Kulon Dalan Suwayuwo-Sukorejo-Pasuruan, Sabtu (14.09/19) malam.

Menurut masyarakat Jawa, bulan Suro dianggap sakral. Waktu untuk membersihkan benda pusaka  dan bersih diri. Biasanya diiringi pagelaran wayang sebagai media penerangan yang membawa pesan moral, hidup dan kehidupan. Juga berisi tentang lelaku kaweruh batin untuk nyawiji kepada Tuhan Yang Maha Esa. Begitu juga dengan paguyuban KBTTPK Depok Agung Suwayuwa Pasuruan II. Menyelenggarakan peringatan 10 Suro dengan pagelaran wayang kulit 3 dalang : Ki Kunto Wibissana, S.Of, Ki Kudarto, Ki Fanny, dengan lakon "Dumadine Layang Kalimasada".

Selain wayangan, inti dari acara tersebut adalah memberikan pencerahan batin pada masyarakat tentang perilaku dan lelaku spiritual. Seperti yang disampaikan sesepuh Pinisepuh Mbah Ngationo. Beliau menuturkan, budaya spiritual bukan agama, tapi kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam. Bermacam-macam agama dan keyakinan, namun satu.  Dari agama apapun belajar kebatinan. Dan di jaman ini, manunggal sudah saatnya. Di jaman maju ini, spiritual cara melakukannya beda, di lakoni sendiri-sendiri.

"Saya bersyukur kepada Tuhan, pada saat ini menghormati dan mensyukuri serta meneruskan budaya leluhur dari dulu tidak berubah. Kelestarian leluhur jangan di tinggal dan sekarang sudah waktunya. Dengan nembah kepada tuhan, mari berdoa. Walaupun spiritualnya ala kadarnya, namun yang disajikan disini cukup meriah. Ini menunjukan rasa syukur pada Bumi Pertiwi, "tutur Mbah Ngationo. Kemudian Mbah Ngationo memimpin langsung budaya spiritual mengheningkan cipta khusus keluarga KBTTPK.

Wejangan atau pencerahan batin juga disampaikan oleh Ketua HPK Pasuruan, Romo Bambang Wiyono. Menurutnya,  KBTTPK merupakan penghayatan dari batin, seperti apa kita bisa jadi contoh untuk keluarga. Tujuannya adalah, bagaiman kita bisa menata budi pekerti luhur. Mengajari hal -hal baik agar bisa menyempurnakan panembahan jati. Ini diluar konteks agama. Ini hanya nguri budaya luhur. Bagaimana kita bisa punya tanggungjawab untuk diri sendiri dan keluarga.

Jadi kita harus bisa memilah. Kita menahan jati untuk luhurnya budi, bagaimana kita bisa bertoleransi. Kita semua punya landasan, harus bisa satu ideologi yakni Pancasila. Kalau ini sudah kita jalankan, tidak mungkin kita akan menyinggung yang lain. Pancasila sekarang sudah menulis, bagaimana 'Kadang' sebagai pelopor untuk melaksanakan landasan yang namanya Pancasila melalui paguyuban ini. Jadi kita harus bisa membaur dengan organisasi atau kelompok lainnya seperti forum komunikasi umat beragama (FKUB). Kita bisa menjadi contoh bagi lainnya. Disertai pengetahuan dengan Panca Budi Brata.

"Ini sudah saya terapkan di FKUB Pasuruan l. Mari, dari warga Suwayuwa, panjenengan tunjukan sikap berbudi luhur. Kita harus bisa memberi contoh pada lainnya, berbudi pekerti dan berbudi luhur. Minimal keluarga dulu. Kita harus awas eling lan waspodo. Masalah datang dari diri kita, dirumah kita, lingkungan kita dan pengaruh orang yang jauh dari kita, "wejang Pinisepuh Romo Bambang Wiyono.

Puncak acara, persis jam 12.00 malam, seluruh anggota KBTTPK melakukan hening bersama,  berdoa kepada Tuhan, dipimpin oleh pinisepuh Bopo Naseri.(B.)

Postingan populer dari blog ini

Anggur Wirogunan Andalan Pertanian Kota Pasuruan

Porprov Jatim VIII /2023, Kontingen Kota Pasuruan Tanpa Pencak Silat

Daftarkan 30 Bakal Calegnya, Partai Gerindra Bertekad Menang di Kota Pasuruan