Featured Post

Gus Ipul Ajak PKB Kembali Kehabitat Aslinya

Gambar
Gus Ipul menjawab pertanyaan awak media di rumah dinasnya. (Foto:Bowo) Pasuruan-PaslineNews Sekretaris Jenderal PB NU Drs.H Saifullah Yusuf mengajak  Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kembali kehabitat aslinya yakni NU (Nahdlatul Ulama).  Hal itu disampaikan oleh Gus Ipul panggilan akrab Saifullah Yusuf yang juga Walikota Pasuruan saat wawancara dengan awak media di rumah dinasnya, di Jalan Panglima Besar Jendral Sudirman, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Sabtu (06/04/24) malam. Menurut Gus Ipul,  rumah besar PKB adalah NU bukan di tempat lain. Sebab, PKB dilahirkan oleh NU dan tidak bisa putus. "PKB bukan milik kelompok tertentu, bukan geng tertentu, apalagi milik perorangan," tegasnya. Dia menambahkan, karena PKB dilahirkan NU, sudah semestinya PKB minta nasehat kepada Rais Aam dan Ketua Umum NU.  "Di momen lebaran ini merupakan waktu yang tepat untuk silaturahim. Tidak bisa PKB menanggung sendiri sepak terjangnya," ucapnya.  Gus Ipul juga me

Padepokan Kaweruh Batin Tulis Tanpa Papan Kasunyatan Peringati Tahun Baru Jawa 1953 J



Pasuruan-Pasline

Bulan Syura menurut penanggalan Jawa  memiliki nilai kesakralan sendiri bagi masyarakat Jawa. Biasanya digunakan untuk membersihkan atau njamas barang-barang pusaka. Sebagaian orang  melaksanakan ritual bersih diri. Tidak sedikit juga kumpulan atau padepokan penghayatan kepercayaan yang sifatnya hanya memperingati tahun baru Jawa.

Bagaimana bisa muncul nama syuro, padahal dalam penanggalan Hijriyah yang digunakan  umat Islam, namanya bulan Muharram. Ditilik dari sejarah Islam di tanah Jawa, Ternyata, nama bulan Syuro berasal dari negeri Persia atau Iran. Orang Persi menyebutnya dengan bulan Asyura. Pedagang dan penyebar agama Islam asal Persia inilah yang membawanya ke Nusantara.

Sejarah bulan Syuro di tanah Jawa, muncul dipenanggalan Jawa yang ditetapkan raja Jawa Mataram di jaman Sultan Agung tahun 1043 Hijriyah. Cuplikan sejarah tersebut dipaparkan oleh Romo Bambang Wiyono, guru spritual dari Padepokan Kaweruh Batin Tulis Tanpa Papan Kasunyatan  (KBTTPK) Kota Pasuruan, dalam acara,  Peringatan Malam 10 Syura 1953 Jawa. Dengan tema;  Menyembah Suraking Ngaweake Dedunga, di padepokan KBTTPK dusun Temenggungan, Kelurahan Pohjentrek, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Sabtu (09/09/19) malam.

Romo Bambang lebih lanjut menerangkan, Raja Mataram saat dipimpin Sultan Agung yang sudah muslim, mengadakan tatanan penanggalan Jawa yang dicocokkan dengan penanggalan hijriah, semula menggunakan  patokan matahari, dirubah dengan menggunakan patokan bulan atau komariah. Tatanan baru dimulai tanggal 1 Syura atau 7 Juli 1633 Masehi. Tahun Jawa meneruskan tahun saka. Sedangkan tahun Saka berakhir di jaman Majapahit. "Pada tanggal satu Syuro Sultan Agung menerima petunjuk untuk menata penanggalan jawa menjadi seperti.sekarang ini, "jelas Romo Bambang.

Pada jaman Belanda dan Jepang, penanggalan Jawa mengalami keterpurukan. Dan berjaya lagi saat merdeka. Di tahun Jawa, Syuro merupakan bulan pertama,  satu Syuro sebagai tahun baru dan diperingati melalui upacara sesaji suro. Upacara sesaji Syuro Digunakan sebagai penghayatan kepercayaan.

"Dengan peringatan tersebut, supaya kita bisa mengambil hikmah untuk melangkah dengan jalan menghayati dan melaksanakan tindak tanduk disesuaikan dengan peket (buku pedoman) yang di bawa setiap anggota, "pesan Romo Bambang.(B.)

Postingan populer dari blog ini

Anggur Wirogunan Andalan Pertanian Kota Pasuruan

Porprov Jatim VIII /2023, Kontingen Kota Pasuruan Tanpa Pencak Silat

Daftarkan 30 Bakal Calegnya, Partai Gerindra Bertekad Menang di Kota Pasuruan